Trik Membaca Puisi yang Benar
Ini kali ke lima gue ikut lomba baca puisi
Pertama kali di Jepara dengan
unlucky result, kemudian di Demak dengan result Second Place, yang ketiga di
Demak lagi dengan result yang sama, Second Place, yang ke empat di Kudus dengan
hasil ELIMINATED karna gw telat. Dan ini adalah kali ke lima gue ikut lomba
baca puisi
Whats makes me so interest in
this bidang sebenernya?
Dari semua cabang sastra, membaca
puisi pada awalnya bukan cabang yang gw tertarik untuk mendalaminya. Sejak SMP
gw udah suka nulis cerpen, sempet dimuat juga di berbagai majalah buku
tulis gue sendiri. Sejak SMP juga gue suka nulis puisi. Ketika SMA gw rutin
nulis Artikel untuk dikirim ke redaksi majalah sekolah dan mading sekolah.
Alhamdulillah pula sering dimuat. Alhamdulillah juga cerita gue pernah dimuat
di salah satu catatan hati seorang istri majalah islami nasional.
Just menulis saat itu, sama
sekali ga ada minat buat mendalami baca puisi. Kepikiran baca puisi aja ga
pernah.
Baru ketika gw jadi perwakilan
sekolah di POSPEDA tingkat provinsi untuk kategori English Speech (dan gue
kalah. Bangke!) gw tertarik untuk mendalami cabang baca puisi ini ketika
ngeliat temen gue yang jadi perwakilan untuk kategori lomba baca puisi dan
peserta peserta lomba baca puisi lainnya tampil di panggung. Its so awesome
menurut gue. Intonasi suara, penekanan, mimik, penggalan penggalan yang tepat,
semuah! Saat itu yang ada di benak gue adalah, “gue bisa kayang 12 jam
baca puisi seperti mereka dan gue bisa lebih baik dari mereka. So I must learn
it well!”
Maka ketika kesempatan itu datang
lewat pameran buku Jepara tahun 2011, gw pun ikutan daftar. Well, meski pada
akhirnya gue kalah (dan itu nyesek banget. Bangke!) tapi gue semakin
termotivasi dari penampilan juara satu nya yang sumpah cantik banget keren banget. Untuk liat first performance
gue, lu bisa klik http://samdeiza.blogspot.com/2012/03/ea.html
(18+Only)
Kesempatan itu pun akhirnya
datang lagi di Demak. Tanpa pikir panjang dan juga tanpa memikirkan yang
panjang panjang, gw pun ikutan untuk yang ke dua kali nya. Berbekal pengalaman
liat penampilan penampilan para juara, baik di tempat lomba sebelumnya ataupun
searching lewat youporn You Tube, akhirnya gue bisa menyabet jurinya juara Dua.
Di tahun berikutnya, EO yang sama
menggelar acara yang sama pula di kota yang sama dg peserta lomba baca puisi
yang sama juga (_gue_) dan kampretnya, mendapat juara yang sama juga.
Dari sini lah gue mulai sangat
tertarik untuk menjadi pembaca puisi profesional. Ga setengah setengah. Harus
bisa All Out dan bener bener memahami teknik dan menjiwai. (dan ternyata gue ga
sesungguh itu. Heheheh)
Dan hanya berselang satu bulan
kalo ga salah, event serupa di adakan di Kudus, dan gw tertantang untuk
menjajal kemampuan gue di kota kretek itu. Mengingat kudus merupakan salah satu
kota yang banyak sekolah favorit
nya yang menunjukan kualitas pendidikannya yang otomatis remaja
remajanya kemungkinan banyak juga yang pinter sastra terutama dalam
bidang baca puisi (entah korelasinya dimana)
Namun takdir berkata lain, gw
yang sorenya harus mengajar TPQ, dan belum punya motor sendiri, akhirnya baru
bisa berangkat pas Isya, which is acara sudah dimulai sejak habis ashar. As you
know that jarak Demak – Kudus yang walaupun di peta terlihat berdampingan mesra
mesra gimanaaa gitu, tapi kalo lu naik motor, itu setara dengan perjalan dari
planet Bekasi ke kota Bogor. Kalo kata yafiat, Uadohe nganggo PUUUOOOlll. Dan
akhirnya gue telat.
Satu yang gw notice disini, pada
akhir acara, ketiga juri menyampaikan komentar komentarnya terhadap penampilan
penampilan peserta pada hari itu. Dan ini yang ingin gue share sama kalian.
Kali aja ada yang minat mendalami dunia baca puisi juga kaya gue… hehehe
Cara Membaca Puisi yang Baik dan
Benar Menurut Ijma’ para Sastrawan Asli (not Sastrawan KW)
1.
Teks puisi boleh dibacakan di panggung dalam
bentuk Kertas, Buku, atau dipakaikan Map dan sejenisnya. Namun ini tidak
menambah nilai plus. Hanya saja anda akan terlihat lebih rapi jika menggunakan
papan jepit, atau map, atau lain sebagainya. (asal jangan ditulis di leptop
trus lu bawa se leptop leptop nya pas maju ke panggung)
2.
Perhatikan pakaian anda. Betul sekali bahwa
biasanya sastrawan berpenampilan urak urakan. Rambut gimbal, panjang, dan
terkesan tidak rapi. Namun untuk sebuah perlombaan, usahakanlah untuk
berpenampilan rapi. (tapi ga perlu pake setelan jas atau tuxedo juga. Remember! Lu di panggung
untuk baca puisi, buakan buat akad nikah)
3.
Pas di panggung, sandal atau sepatunya di pake
aja. Ga usah di lepas. Ga ada batas sucinya koq..
4.
Well, para juri itu berkata bahwa salam di awal
ataupun akhir tidak perlu dilakukan. Namun perlu sekali menurut gue untuk
menunduk atau membungkuk kepada juri sebagai penghormatan (dzaalika harooooomm
ya akhiii… nau’un minasy syirk -> di rajam ustadz kubro)
5.
Perhatikan intonasi: dimana anda harus meninggi
kan suara, dan dimana anda harus menurunkannya, dimana anda harus menekankan
suatu bait, dan dimana beberapa bait harus dibaca menyambung terus tanpa jeda.
Mainkan intonasi anda dengan nikmat dan penuh penjiwaan.
6.
Mimik. Mimik sangat berpengaruh dalam penilaian,
selain juga Intonasi. Sesuaikan mimik anda dengan ekspresi yang terkandung
dalam setiap bait. But remember, don’t be lebay lebay amat. Do it naturally
7.
Karna ini judulnya lomba baca puisi, maka 80
persen dari performance lu adalah lu harus liat teks nya alias lu harus baca.
Meskipun ketika lu latihan berjuta juta kali akhirnya lu jadi hafal, tetep, lu
ga boleh melebihi 20 % melafalkan bait tanpa melihat teks. Ini akan menjadi
salah satu poin yang sangat di notice oleh para juri. Dan gw pernah mengalami kekalahan karna hal
ini. (secara gue titisannya Imam Bukhori gitu loh ya… jadinya baca sekali
langsung apal.. )
8. Jangan
terlalu banyak gerak! Cukup tangan dan sedikit mundur mundur cantik gerakan
badan. Lu ga perlu sampe jatuh bangun
untuk mengekspresikan puisi yang lu baca, apalagi sampe kayang dan sikap lilin.
ITU TER-LA-LU. Remember this, dude! Takutnya lu udah jatuh bangun, bahkan sampe
salto dan jungkir balik, IP man waktu berantem
aja sampe kalah keringet, eh, ternyata lug a menang. Kalo kaya gitu kan
bangke bangat. Sakitnya tuh di JONGGOOOOOLLL!!!
9. Apakah
perlu musik pengiring? Bagi sebagian orang mungkin itu akan menjadi bumbu yang
sangat menyedapkan dalam membaca puisi. Dan memang akan terdengar sangat indah
jika iringan music dan pembacaan puisinnya begitu menyatu. Namun menurut ijma’
sastrawan pada sidang itsbat yang lalu, backsound atau iringan music memang
akan sangat memperindah, namun tidak memberi nilai plus sedikitpun dalam
penilaian. Jadi ya silahkan kalo ada yang mau make back sound, asal disesuaikan
aja musiknya dengan puisinya, juga timing nya. Jangan ketika lu baca puisi
bertemakan perjuangan, eh lu malah pake back sound Lengser Wengi. That totally
not funny at all…
Itu mungkin
sharing dari gue berkenaan dengan trik membaca puisi yang baik dan benar
menurut ijma para sastrawan asli. Semoga bermanfaat bagi kita semua, baik di
dunia maupun di akirat. Kita tutup pesugihan ini dengan membaca Koran..
Well, balik
lagi ke wala, tentang lomba baca puisi gw yang ke lima di pameran buku Jepara
2014 ini. Just need one word to describe how I feel: bangke! Lemme explain to
ya.
Gimana ga
bangke pemirsah, gw udah merayu Yasir buat dianterin dua kali ke Jepara (for
registration first, and the Poem contest second), ngabisin banyak biaya, ya
untuk bensin, makan, registration fee, dan lainnya, juga udah merelakan waktu
waktu luang untuk latihan, sampe mungkin tetangga tetangga kost gue pada ngira
gue kena antraks ato ebola gegara teriak teriak ga jelas, udah morat marit abis
kerja harus buruan pulang cepet takut telat lagi, trus nunggu 5 JAM buat maju
karna gue dapet urutan terakhir, dan di masa lima jam itu gue latihan udah all
out banget, dan ketika di panggung semua trik udah gue keluarin, udah maksimal
banget, bahkan mengundang tepuk tangan dari semua penonton saat itu (yang Cuma kurang
dari 10 orang, secara udah jam setengah sebelas), dinilai bagus oleh guru
sastra di sebuah sekolah, bahkan tukang jaga genset pun mengakuinya, udah dapet
doa dari Intan, Fadli, Yasir, temen temen kantor, dan gue sendiri tentunya, ..
Tapi para juri
itu menilai gue ga pantes jadi juara..
BAHKAN HANYA
UNTUK SEKEDAR JUARA HARAPAN TIGA!!!!
Bangke bangat
ni juri. Asli!
Well, semua
memang perlu pengorbanan. Dan gw ikhlas… ikhlass… banget…
Tapi tetep ini
ga bisa di nalar!
Gw bakalan
tenang, bahkan ga merasa telah sia sia mengerahkan seluruh daya dan upaya serta
pengorbanan, kalo gw dapet sesuatu dari lomba tersebut, seperti ketika di
Jepara gw bisa dapet pelajaran dari penampilan juara satu nya, dan ketika di
kudus gw bisa dapet pelajaran tentang bagaimana cara membaca puisi yang baik
dan benar, tapi kali ini???
Nope bro… I got
nothing!! Gw sama sekali ga bisa kagum atas penampilan juara satunya, gw juga
ga bisa ngambil kesimpulan dari para pemenang tentang bagaimana cara membaca
puisi yang baik menurut para juri juri itu, dan juri juri itu juga ga menjelaskan
gue kurang nya dimana??
Oke, its time
to me to believe that everything doesn’t always as you want and hope. There’s
so many mystery in the world can’t be explained.
Itulah kenapa
gue nulis di atas bahwa trik trik itu berdasarkan ijma para sastrawan asli. Yang
bener bener melhat sastra dalam menilai, dan juga professional, tidak
mempengaruhinya dalam memutuskan nilai walaupun dalam keadaan lelah, mengantuk,
karna udah jam setengah sebelas.
ASUdahlah… sudah
terjadi…
Kesempatan berikutnya,
gw harus berusaha lebih lagi. Semoga suatu saat gw bisa disandingkan dengan
nama Nana Riskhi Susanti sebagai penyair nasional… (ketinggian om..) (bagen…
nanan)
Oke, disini ada video waktu gw baca puisi yang kedua (puisi pilihan) sayangnya pembacaan puisi pertama tidak lengkap terambil karna kapasitas ruang penyimpanan di hape habis. video ini juga kurang jelas karna diambil dari jarak yang tidka begitu dekat. But, just hope you'll enjoy it.
4 komentar
Mantap artikel + videonya bung...
BalasHapusWow ��
BalasHapusMakasih artikelnya kakak!
BalasHapusNginspirasi banget deh!
oke banget artikelnya sangat membantu sakali
BalasHapusproduk tolak angin